Kue kacang, roti kacang, atau apalah sebutannya di daerah lain, akhirnya tak putuskan untuk tidak menyediakannya lagi di warnet. Biasa jajanan seperti ini sistem nitip jual dengan keuntungan yang tak seberapa.
Satu toplesnya seharga Rp. 17.000 dari si penitip. Isinya 20 kue kacang. Dan biasanya akan dijual dengan harga Rp. 1.000/kue kacang. Dalam artian dari tiap satu toples yang habis maka keuntungan warnet adalah sebesar Rp. 3.000. Sedikit? Memang!
Itu kalo memang terjualnya ke pelanggan warnet. Lalu bagaimana kalo kita sebagai pemilik ikut membeli? Atau keluarga, sanak famili, teman-temin ikut "membeli"? Yang terakhir tak sebutkan inilah yang menjadi masalah bagi saya. Membeli dalam tanda kutip artinya bahwa sebenarnya mereka tidak ikut membeli. Sistem stok barang yang ada di billing sering menunjukkan kehilangan kue kacang sampai 10 lebih sementara toples sudah kosong. Masih ada kue kacang yang mau dijual di billing tapi toples tinggal berisi remah-remah. Keuntungan penjualan secara normal yang sudah tak seberapa ini akan menjadi kerugian yang cukup besar jika tetap dilanjutkan. Coba aja dihitung sendiri kalo dari tiap toples akan menghilang 4 kue kacang. Ruginya 4000, untungnya?
Daripada jadi "pengeluaran" yang tak jelas, mending distop
November 26, 2013
Selingan Kue Kacang
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment