Ini dia masalah klasik warnet saya sejak dulu kala. Sebenarnya dilema, dibutuhkan kesabaran tingkat dewa untuk menghadapi hal seperti ini.
Sebelumnya saya ceritakan dulu bahwa lokasi warnet saya berada tepat di samping sebuah SMP negeri. Tak jauh dari sini pun ada SMP negeri lain yang sangat-sangat dekat (cuma butuh 2 belokan 100 meter). Di awal rancangan warnetpun inilah yang menjadi pertimbangan utama berbisnis warnet. Selama SMP ini tidak pindah dari tempatnya, maka warnet saya akan selalu "aman". Setiap tahun akan selalu ada pelanggan baru (anak kelas 1) dan berganti terus.
Warnet saya menggunakan AC 1,5pk dan 3 buah kipas angin. Ketika bel pulang sekolah berbunyi sekitar pukul 13:00 WIB, maka mulailah warnet saya diserbu oleh mereka. Dengan jumlah komputer hanya 12 tentu sangat kurang. Semua komputer langsung penuh, tinggallah para penonton yang berdiri sesak.
Sekarang perhatikan screenshot yang tak lampirkan. Ada 2 komputer kosong, dan penonton tetap penuh sesak di lorong. Secara logika ini berarti dari setiap penonton tersebut sejak masuk juga memang tidak berencana untuk menyewa komputer. Biasanya kalo komputer full dan penonton banyak, saya cuek aja. Logika yang saya pake: oh.. maklum full.. ngantri dulu yah..
Tapi kalo lagi gak enak mood, biasanya lagi ada masalah, dan udara yang sudah menjadi terlalu panas, saya akan mencak-mencak ke penonton bilang: YANG GAK MAIN, DAN YANG GAK BERENCANA MAIN SILAHKAN KELUAR DULU! PANAS SEKALI!
Pelanggan gak mau datang lagi? tenang.. tahun depan akan selalu anak kelas satu yang baru =)
No comments:
Post a Comment