Pada umumnya, warnet hanya dibagi 2 jenis umum: Warnet dan Game Center. Warnet sesuai kepanjangannya, Warung Internet, awalnya tentu saja menyewakan komputer yang terkoneksi dengan internet. Kalo di jaman saya dulu, awal-awal Internet masuk di kota saya, sewa per jamnya itu Rp. 6.000,-. Ada juga yang Rp. 5.000,- free Teh Botol Sosro. Itu jaman dulu kala. Saat masih ada Netscape Navigator sebagai browser, dan MiRC yang sangat terkenal untuk sarana chatting. Ada yang tahu?
Nah.. baru kemudian di awal tahun 2000-an, mulailah era game online. Tentunya sekedar nama "warnet" sudah kurang sesuai lagi untuk tempat yang menyediakan game online ini. Kenapa?
Gak usah jauh-jauh, saya ceritakan aja untuk jaman sekarang, untuk bisa memainkan game Point Blank dengan kategori nyaman, tidak patah-patah, tidak nge-lag, ente butuh kartu grafik minimal yang seharga Rp. 500.000,-. Pun juga prosesor dibutuhkan minimal AMD Athlon II dual core. Sedangkan untuk browsing, mengetik, dan kegiatan biasa sehari-hari aja, kita tidak perlu menyediakan kartu grafik tambahan. Cukup dengan vga onboard, semua keperluan umum sudah bisa diatasi. Anggap saja kita menghemat biaya Rp. 500.000,- untuk merakit sebuah komputer office jenis ini. Yang aneh, rumor mengatakan bahwa banyak Game Center yang justru memasang tarif lebih murah per jamnya dibanding dengan Warnet biasa. Tanya kenapa?
Itu dari sisi hardware, sekarang ane bahas dari sisi software. Untuk setiap game yang kita sediakan di komputer, kita butuhkan yang namanya traffic-shaping. Ini adalah pengaturan yang cukup rumit pada router. Misalkan yang dipakai umumnya di Indonesia adalah Mikrotik. Pengaturan ini dibutuhkan sebagai "satpam" prioritas. Paket-paket berkategori game online harus di-nomer-satukan karena game online sangat tergantung pada latency, ping yang sekecil mungkin ketimbang browsing yang paling hanya sebentar membutuhkan bandwidth besar saat loading, sedangkan setelah terbuka pada browser, tidak ada lagi transfer data yang dibutuhkan.
Setiap game online pun memiliki port-port TCP/UDP tertentu yang digunakan oleh publisher game masing-masing. Lost Saga punya port sekian-sekian, Point Blank port lainnya, Elsword Indonesia port lainnya lagi, semua tidak ada yang seragam kecuali "kebetulan". Semakin banyak game online yang kita sediakan di komputer, maka semakin banyak pulalah port-port yang harus kita ketahui untuk kemudian diprioritaskan pada router. Akan sangat memalukan jika sampe buka Facebook lebih lancar ketimbang saat main game.
Gimana? Sudah ada gambaran rumitnya mengurus Game Center dibanding Warnet biasa? Eits.. penderitaan belum berakhir sampai disitu saja teman..
Setiap game online akan ada jadwal update dari publisher. Seperti Point Blank setiap hari Selasa, Lost Saga setiap hari Rabu, dan patch-patch lainnya yang sering juga terjadi diluar jadwal rutinnya. Untuk beberapa game tertentu kegiatan nge-patch tidak terlalu rumit. Paling berkisar 10MB. Tapi beberapa game juga sangat terlalu. Ada yang rata-rata setiap mengeluarkan patch baru sampai sebesar 100MB. Bahkan saat yang publisher biasa sebut sebagai "update besar" bisa mencapai 500MB. Jika ente punya koneksi cepat 50Mbps tidak akan pernah jadi masalah. Tapi seperti daerah saya yang koneksi Speedy hanya tersedia 3Mbps, perlu kesabaran tingkat tinggi untuk merawat seluruh game yang disediakan per komputer. Belum dikali dengan jumlah komputer.
Sedangkan untuk warnet biasa, samasekali tidak ada yang perlu di-update. Paling hebat mungkin plugin untuk browser (java dan flash) untuk bisa memutar Youtube dan memainkan game Facebook. Itupun jarang ditemui kejadian yang sampai plugin-plugin tersebut dalam keadaan "harus" diupdate.
Jadi? Mau buka Warnet atau Game Center?
No comments:
Post a Comment